A. Empowerment Stress Dan Konflik
1.
Pengertian Empowerment
Dari berbagai pengertian empowerment, dapat dikatakan bahwa
empowerment adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi dan politik yang merangkum
berbagai nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan yang
bersifat “people centered, participatory, empowering, and sustainable”
(Chambers, 1988). Walaupun mempunyai pengertian yang berbeda namun tetap
mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk membangun daya, dengan mendorong,
memotivasi dan menimbulkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimiliki
serta upaya untuk memampukan dan mengembangkan diri sendiri atau orang lain
supaya dapat berbuat lebih baik.
2.
Kunci Efektifitas Empowerment Dalam Manajement
Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat
harus mengikuti pendekatan sebagai berikut (Sumodiningrat, Gunawan, 2002) :
pertama, upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer
disebut pemihakan.Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan
program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya.
Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau
bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan
masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni agar bantuan
tersebut efektif karena sesuai dengan kehendakdan mengenali kemampuan serta
kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat
dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan
mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.
Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara
sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya
dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif dan
dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien.
3.
Pengertian
Stress
Stress adalah istilah yang
merangkumi tekanan, beban, konflik, keletihan, ketegangan, panik, perasaan
gemuruh, kebimbangan, kemurungan dan hilang daya.
Dari sudut pandang ilmu kedokteran, menurut Hans Selye
seorang fisiologi dan pakar stress yang dimaksud dengan stress adalah suatu
respon tubuh yang tidak spesifik terhadap aksi atau tuntutan atasnya. Jadi
merupakan repons automatik tubuh yang bersifat adaptif pada setiap perlakuan
yang menimbulkan perubahan fisis atau emosi yang bertujuan untuk mempertahankan
kondisi fisis yang optimal suatu organisme. Dari sudut pandang psikologis
stress didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang disebabkan oleh
kebutuhan psikologis tubuh atau disebabkan oleh situasi lingkungan atau sosial
yang potensial berbahaya, memberikan tantangan, menimbukan
perubaha-perubahan atau memerlukan
mekanisme pertahanan seseorang.
4.
Sumber Stress Pada Manusia
Akibat stress dikelompokkan ke dalam tiga kategori yakni
akibat secara fisiologis, psikologis dan perilaku. Secara fisiologis stress
bisa mengakibatkan perubahan pada fisik atau organ pada manusia. Akibat ini
bisa berupa perubahan dalam sistem metabolisme manusia, meningkatkan
detak jantung, membuat nafas lebih berat, menaikkan tekanan darah, menimbulkan
sakit kepala tanpa sebab, serta memicu serangan jantung.
Sementara itu, akibat yang tercakup
dalam kategori psikologis berkaitan erat dengan masalah kejiwaan dan emosional
seseorang. Adapun akibat stress dalam lingkup psikologis antara lain munculnya
perasaan menyalahkan diri sendiri, selau merasa tegang dan cemas secara
berlebihan, sukar untuk memusatkan pikiran, takut pada hal-hal yang tidak
jelas, mudah jenuh, selalu berprasangkan buruk, mood yang mudah drop, dan masih
banyak lagi lainnya. Biasanya efek psikologis ini muncul pada tingkatan awal
stress.
5.
Pedekatan Terhadap Stress Pada Manusia
a. Pendekatan Individu
Seorang
karyawan dapat memikul tanggung jawab pribadi untuk mengurangi tingkat
stresnya. Strategi individu yang telah terbukti efektif adalah:
-
Teknik manajemen waktu
-
Meningkatkan latihan fisik
-
Pelatihan pengenduran (relaksasi)
-
Perluasan jaringan dukungan sosial
b. Pendekatan
Perusahaan
Beberapa faktor yang menyebabkan stress terutama tuntutan
tugas dan peran, struktur organisasi dikendalikan oleh manajemen. Strategi yang
digunakan:
-
Perbaikan seleksi
personil dan penempatan kerja
-
Penggunaan penetapan tujuan yang realistis
-
Perancangan ulang pekerjaan
-
Peningkatan keterlibatan kerja
-
Perbaikan komunikasi organisasi
-
Penegakkan program kesejahteraan korporasi
6.
Definisi Konflik
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
7.
Jenis – Jenis Konflik
Seperti yang dikatakan James A.F. Stoner dan Charles Wankel ada
lima jenis konflik dalam kehidupan organisasi :
v Konflik dalam diri individu Konflik terjadi bila pada waktu
yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus.
v Konflik antar individu dalam organisasi yang sama karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua
orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
v Konflik antar individu dan kelompok seringkali berhubungan
dengan cara individumenghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang
ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
v Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama Konflik
ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam
organisasiorganisasi.Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja.
v Konflik antar organisasi konflik ini biasanya disebut dengan
persaingan.
8.
Proses Konflik
Louis R. Pondy (dalam George & Jones, 1999:660)
merumuskan lima konflik yang disebut "Pondys Model of Organizational
Conflict". Menurutnya, konflik berkembang melalui lima fase secara
beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest
conflict and conflict aftermath.
Tahap I
Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang
bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh
karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan.
Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
Tahap II
Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor
yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka
memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap
motif-motif dan posisi kelompok lawan.
Tahap III
Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu
atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman
yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan
yang melukai perasaan.
Tahap IV
Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak
memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti
dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase,
pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
Tahap V
Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah
konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh
baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
B. Komunikasi Dalam Manajement
1.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau
verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa
verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan
dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
komunikasi nonverbal.
2.
Proses Komunikasi
Menurut Bovee dan Thill, proses komunikasi terdiri atas enam
tahap, yaitu:
1.
Pengirim mempunyai
suatu idea tau gagasan.
2.
Pengirim mengubah ide
menjadi suatu pesan.
3.
Pengirim menyampaikan
pesan.
4.
Penerima menerima
pesan.
5.
Penerima menafsirkan
pesan.
6.
Penerima memberi
tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.
3.
Hambatan Dalam Kominukasi
-
Perbedaan Persepsi
-
Permasalahan Bahasa
-
Kurang mendengarkan
-
Perbedaan Emosional
-
Perbedaan Latarbelakang
4.
Komunikasi Interpersonal
a. Componential
Definisi berdasarkan komponen
menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen
utamanya dalam hal ini, peyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan
oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan
dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
b. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang
dengan potensi umpan balik langsung.
5.
Model perngolahan Informasi Komunikasi
a.
Rational
b.
Limited Capacity
c.
Expert
d.
Cybermetic
6.
Model interaktif manajemen dalam komunikasi
a.
Confidence
Dalam manajemen timbulnya suatu
interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu
organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
b.
Immediacy
Model organisasi yang membuat suatu
organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
c.
Interaction Management
Adanya berbagai interaksi dalam
manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang
bersangkutan
d.
Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam
suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
e.
Other Orientation