A. PENGANTAR
1.
Pengertian Psikoterapi
Menurut KBBI definisi psikoterapi adalah cara pengobatan dng mempergunakan
pengaruh (kekuatan batin) dokter atas jiwa (rohani) penderita, dng cara tidak
mempergunakan obat-obatan, tetapi dng metode sugesti, nasihat, hiburan,
hipnosis, dsb.
Psikoterapi adalah suatu interaksi
sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-psinsip psikologis
untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan
klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan
masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.
2.
Tujuan Psikoterapi
Tujuan psikoterapi dengan pendekatam psikoanalisis menurut Corey (1991)
dirumuslan sebagai : membuat sesuatu yag tidak sadar menjadi sesuatu yang
disadari. Membantu klien dalam menghidupakan kembali pengalaman-pengalaman yang
sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman
intelektual.
Psikoterapi didasarkan pada fakta bahwa aspek-aspek mental manusia seperti
cara berpikir, proses emosi, persepsi, believe system, kebiasaan dan pola
perilaku bisa diubah dengan pendekatan psikologis. Tujuan psikoterapi antara
lain:
·
Menghapus,
mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.
·
Mengatasi
pola perilaku yang terganggu.
·
Meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
·
Memperkuat
motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.
·
Menghilangkan
atau mengurangi tekanan emosional.
·
Mengembangkan
potensi klien.
·
Mengubah
kebiasaan menjadi lebih baik.
·
Memodifikasi
struktur kognisi (pola pikiran).
·
Memperoleh
pengetahuan tentang diri / pemahaman diri.
·
Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial.
·
Meningkatkan
kemampuan dalam mengambil keputusan.
·
Membantu
penyembuhan penyakit fisik.
·
Meningkatkan
kesadaran diri.
·
Membangun
kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.
·
Penyesuaian
lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi.
3.
Unsur - Unsur
Psikoterapi
Pendekatan kesehatan jiwa yang integratif menjadi hal yang sangat
penting ketika harus bekerja bersama
orang-orang dengan beragam latar belakang kebudayaan. James & Prilleltensky
mengambil suatu pendekatan transdisiplin dalam menyediakan suatu kerangka
pemahaman dan peningkatan kesehatan jiwa dalam konteks keberagaman budaya,
antara lain
·
Filosofis
: Visi tentang kehidupan yang baik, orang yang baik, masyarakat yang baik. Agar
dapat memahami bahwa nilai-nilai yang secara khusus membentuk sebuah konsep
kesehatan mental, visi dari kehidupan dan masyarakat yang baik haruslah bisa
diuji.
·
Kontekstual
: persoalan-persoalan yang terjadi di daerah dimana masyarakat tertentu
menetap/ tinggal. Keterlibatan ilmuwan social semakin tinggi apabila mereka
berusaha untuk memahami kondisi sscial ekonomi, budaya dan politik dari suatu
masyarakat dan bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesehatan
jiwa mereka.
·
Norma
sosial dan budaya : pada suatu waktu, masalah-masalah sosial hanya ditangani
pada tingkat individu saja, dan tidak melibatkan masyarakat. Bantuan ditawarkan
pada orang-orang yang mengalami penganiayaan atau kekerasan dalam bentuk terapi
individu. Namun saat ini masalah sosial mulai ditangani dalam tingkat
masyarakat. Contoh intervensi tingkat masyarakat misalnya intervensi komunitas
untuk pencegahan kekerasan.
Menurut Masserman terdapat 8 unsur yang mempengaruhi psikoterapi.
Kedelapan unsur tersebut adalah :
- Peran social ( martabat )
- Hubungan
- Hak
- Retrospeksi
- Reduksi
- Rehabilitasi
- Resosialisasi
- Rekapitulasi
4.
Perbedaan psikoterapi dengan konseling
Ø
Konseling
1.
Berpusat pandang masa
kini dan masa yang akan datang melihat dunia klien.
2.
klien tidak dianggap
sakit mental dan hubungan antara konselor dan klien itu sebagai teman yaitu
mereka bersama-sama melakukan usaha untuk tujuan-tujuan tertentu, terutama bagi
orang yang ditangani tersebut.
3.
konselor mempunyai
nilai-nilai dan sebagainya, tetapi tidak akan memaksakannya kepada individu
yang dibantunya konseling berpusat pada pengubahan tingkah laku, teknik-teknik
yag dipakai lebih bersifat manusiawi.
4.
konselor bekerja dengan
individu yang normal yang sedang mengalami masalah.
Ø
Psikoterapi
1.
Berpusat pandang pada
masa yang lalu-melihat masa kini individu,
2.
klien dianggap sakit mental.
3.
klien dianggap sebagai
orang sakit dan ahli psikoterapi (terapis) tidak akan pernah meminta orang yang
ditolongnya itu untuk membantu merumuskan tujuan-tujuan,
4.
Terapis berusaha
memaksakan nilai-nilai dan sebagainya itu kepada orang yang ditolongnya.
5.
Psikoterapis berpusat
pada usaha pengobatan teknik-teknik yang dipakai adalah yang telah diresepkan,
6.
terapi bekerja dengan
“dunia dalam” dari kehidupan individu yang sedang mengalami masalah berat,
psikologi dalam memegang peranan.
5.
Pendekatan Terhadap Mental Lines
a. Biological
Biological,
meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan
zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih
manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan
karena kurangnya insulin dalam tubuh. Lalu dikembangkan terapi injeksi insulin
. juga mulai dikembangkan upaya bedah otak di London.
b. Psychological
Meliputi
suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuele
pasca-traumatic, kededihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan,
gangguan pikiran dan respons emosional penuh stress yang dilimbulkan. Selain
itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu
berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup
individu. Ini dimulai dari teori psikoanlisis Freud tahun (1856-1939).
c. Sosiological
Sosiological,
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari
gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan
pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi
sosio-budaya tertentu.
d. Philosophic
Kepercayaan
terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk
menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap
ada, yaitu menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada
istilah keharusan atau pemaksaan.
6.
Bentuk Utama Terapi
a.
Psikoterapi
Suportif
·
Mendukung
funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme defensi yang ada
·
Memperluas
mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik.
·
Perbaikan
ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara atau
pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis,
desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.
b.
Psikoterapi
Reedukatif:
Mengubah
pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk
kebiasaan yang lebih menguntungkan.
Cara atau
pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.
c.
Psikoterapi
Rekonstruktif
Dicapainya
tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai
perubahan luas struktur kepribadian seseorang.
Adapun
tujuan lainnya yaitu :
·
Menghapus,
mengubah atau mengurangi gejala gangguan psikologis.
·
Mengatasi
pola perilaku yang terganggu.
·
Meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang positif.
·
Memperkuat
motivasi klien untuk melakukan hal yang benar.
·
Menghilangkan
atau mengurangi tekanan emosional.
·
Mengembangkan
potensi klien.
·
Mengubah
kebiasaan menjadi lebih baik.
·
Memodifikasi
struktur kognisi (pola pikiran).
·
Memperoleh
pengetahuan tentang diri / pemahaman diri.
·
Mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan interaksi sosial.
·
Meningkatkan
kemampuan dalam mengambil keputusan.
·
Membantu
penyembuhan penyakit fisik.
·
Meningkatkan
kesadaran diri.
·
Membangun
kemandirian dan ketegaran untuk menghadapi masalah.
·
Penyesuaian
lingkungan sosial demi tercapai perubahan dan masih banyak lagi
B. Terapi Psikoanalisis (Sigmun Freud)
1.
Konsep dasar teori psikoanalisis tentang
kepribadian
Teori psikoanalisis di kembangkan oleh sigmun freud yang lahir pada
tanggal 6 mei 1856 dan meninggal pada tanggal 23 september 1939. Psikoanalisa
merupakan suatu system psikologi Sebagai suatu system psikologi, psikoanalisa
merupakan sistem yang paling lengkap yang tersedia. Psikoanalisa mengandaikan
pengalaman individu baik dimasa kini maupun dimasa lampau, baik situasi
individunya maupun situasi sosialnya. Psikoanalisa pada hakikatnya merupakan
sebuah teori kepribadian. Teori kepribadian menurut Freud, menyangkut tiga hal:
Ø
Struktur
kepribadian
- Id
Id adalah
system kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya terdiri dari
id ketika dilahirkan.id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Id
bersifat tidak logis , amoral, dan disorong oleh suatu kepentingan: memuaskan
kebutuhan –kebutuhan naluriah, Id adalah sumber segala dorongan; reservasi
naluri-naluri. Dengan kata lain id adalah aspek biologis yang merupakan system
kepribadian yang asli.
- Ego
Merupakan Bagian rasional dan dasar dari
pikiran, yang membuat keputusan dan berhadapan dengan realitas dunia luar. Ego
adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk
berhubungan dengan dunia kenyataan.
- Super ego
Merupakan
aspek sosiologis yang mencerminkan nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat
yang ada di dalam kepribadian individu. Super ego juga merupakan “moral”
(conscience), gudang peraturan dan larangan berkenaan dengan yang harus anda
lakukan dan tidak anda lakukan. Sikap yang dimiliki seseorang dalam super ego
sebagian besar merupakan internalisasi dari sikap orang tuanya.
Ø
Dinamika
kepribadian
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energy psikis itu
didistribusikan serta digunakan oleh id, ego, dan super ego. Oleh karena julah
energy terbatas, maka terjadi semacam persaingan dalam menggunakan energy
tersebut.
Ø
Perkembangan
kepribadian
Kepribadian berkembang sehubungan dengan empat macam pokok sebagai sumber
ketegangan, yaitu: proses pertumbuhan fisiologis (kedewasaan), Fermustasi,
Konflik, dan Ancaman.
2.
Unsur-unsur tarapi
a.
Muncul
gangguan
Terapis
berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan dari
klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian
terapis, memperkuat kondisi psikis dari diri klien, sehingga apabila klien
mengalami gangguan yang serupa, diri klien akan lebih siap menghadapi dan
mencari solusi dengan cepat.
b.
Tujuan
terapi
Terfokus kepada upaya
penguatan diri klien, agar kemudian hari apabila klien mengalami problem yang
sama, maka klien akan lebih siap.
c.
Peran
terapis
Membantu
klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan
hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun
hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan, terapis
memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan
kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.
3.
Teknik- Teknik Terapi
a.
Free
Associaton
Analisis memita
kepada klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan
reenungan-renungan sehari-hari dan sebisa mungkin, mengatakan apa saja yang
melintas dalam pikirannya.
Asosiasi bebas
adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan
pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatic di masa
lampau, yang dikenal dengan sebutan katarsis.
Selama proses
asosiasi bebas berlangsung tugas analisis adalah mengenali bahan yang di repress
dan dikung dalam ketidaksadaran.
b.
Analisis
Transference
Analisis transference
adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk
menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Ia memungkinkan klien mampu
memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi-fiksasi dan
deprivasi-depsrivasinya, dan menyajjikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau
terhadap kehidupannya sekarang. Penafsiran hubungan transferensinya juga
memungkinkan klieen mampu menembus: konflik-konflik masa lampau yang tetap
dipertahankannya hingga sekarang dan yang menghambat pertumbuhan emosionalnya. Singkatnya
efek-efek psikopatologis dari hubungan masa dini yang tak diinginkan, dihambat
oleh penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hungungan
terapeutik dengan analisis.
c.
Analisis
Resisten
Freud memandang
resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebahai
pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkatkan
jika klien menjadi sadar atas dorongan-doronggan dan perasaan-perasaan yag
direpresi itu. Penafsiran analisis atas resistensi ditunjukan untuk membantu
klien agar menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi sehingga dia
bisa menanganinya. Sebagai aturan umum, analisis harus membangkitkan perhatian
klien dan menafsirkan resistensi yang paling ketara guna mengurrangi
kemungkinan klien menolak penafsiran dan guna memperbesar kesempatan bagi klien
untuk mulai melihat tingkah laku resitifnya.
d.
Analisis
Mimpi
Sebuah prosedur yang penting untuk menyngkap bahan yang tak disadari dan
memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak
terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, dan
perasaan-perasaan yang direpresi muncul kepermukaan.
Freud memandang mimpi sebagai “jalan
istimewa menuju kesadaran”, sebab
melalui mimpi-mimpi itu hasrat, kebutuhan dan ketakutan yang tak disadari,
diungkapkan