Selasa, 28 Mei 2013

THOMAS AQUINOS





1. Riwayat hidup singkat

Thomas Aquinas lahir di Roccasecca, Italia pada tahun 1225 dari keluarga bangsawan. Ayahnya adalah seorang bangsawan yang bernama Lundolph Aquino.  Orang tuanya adalah orang Kristen Katolik yang saleh. 
Pada masa mudanya dia hidup bersama pamannya yang menjadi pemimpin ordo di Monte Cassino. Dia berada di sana pada tahun 1230-1239. Dan pada tahun 1239-1244 dia belajar di Universitas Napoli, tahun 1245-1248 belajar di Universitas Paris di bawah bimbingan Albertus Magnus. Sampai 1252 dia dan Albertus Magnus tetap berada di Cologne. Tahu 1252, dia kembali belajar di Universitas Paris pada fakultas teologi. Tahun 1256 dia mendapatkan ijazah dalam bidang teologi dan mengajar sampai tahun 1259.
Pada tahun 1269-1272, Thomas Aquinas kembali ke Universitas Paris untuk menyusun tantangan terhadap ajaran Ibnu Rusyd. Dab sejak tahun 1272, dia kembali mengajar di University Napoli. Thomas meninggal pada tahun 1274 di Lyons dengan sebelumnya mewariskandua karya terpentingnya yaitu Suma Contra Gentiles dan Summa Theologica.
Melalui gurunya, Albertus Magnus, Aquinas belajar tentang alam dan dalam filsafatnya, dia lebih empiris dari orang-orang yang diikutinya. Karena memang dia lebih banyak melakukan observasi dalam menopang argumentasinya. Di sini Aquinas masih dikategorikan sebagai penganut hipotesis geosentris dalam kosmologinya. Thomas Aquinas adalah seorang filsuf dan ahli teologi ternama dari Italia
Pandangan Aquinas tentang pengetahuan lebih dipengaruhi keyakinannya bahwa Tuhan adalah awal dan akhir segala kebijakan. Menurutnya manusia tidak dapat menjelaskan masalah penciptaan berdasarkan hukum kausalitas. Akan tetapi dalam argumennya sendiri dia menggunakan hokum kausalitas. Di sini kausalitas dianggap sebagai hokum yang berasal dari Yang Maha Tinggi.


2. Karya Karya

a. Summae Theologiae : terdiri dari 60 jilid yang telah digambarkan sebagai prestasi tertinggi dari sistem teologis Abad Pertengahan dan dasar yang diterima untuk teologi Katolik Roma modern.

b. Summae contra Gentilis : Sebuah buku pelajaran (textbook) bagi para misionaris

3. Ajaran tentang manusia

a. Manusia dan dunia
Dunia dan hidup manusia menurut Thomas terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat akrodatik dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati).
" Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat"

Thomas mengajarkan bahwa pada mulanya manusia memunyai hidup kodrati yang sempurna dan diberi rahmat Allah.

b. Dosa
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, rahmat Allah (rahmat adikodrati) itu hilang dan tabiat kodrati manusia menjadi kurang sempurna. Manusia tidak dapat lagi memenuhi hukum kasih tanpa bantuan rahmat adikodrati. Rahmat adikodrati itu ditawarkan kepada manusia lewat gereja. Dengan bantuan rahmat adikodrati itu manusia dikuatkan untuk mengerjakan keselamatannya dan memungkinkan manusia dimenangkan oleh Kristus

c. Sakramen
ia berpendapat bahwa terdapat tujuh sakramen yang diperintahkan oleh Kristus, dan sakramen yang terpenting adalah Ekaristi (sacramentum sacramentorum). Rahmat adikodrati itu disalurkan kepada orang percaya lewat sakramen. Dengan menerima sakramen, orang mulai berjalan menuju kepada suatu kehidupan yang baru dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menjadikan ia berkenan kepada Allah. Dengan demikian, rahmat adikodrati sangat penting karena manusia tidak bisa berbuat apa-apa yang baik tanpa rahmat yang dikaruniakan oleh Allah.

d. Bukti adanya Tuhan
           
                               I.            Bukti dari gerak yang ada di dunia jasmani ini
Sebagaimana suatu sebab dapat diketahui paling tidak sebagian melalui akibatnya, demikian pula Kausa Pertama alam semesta dapat diketahui melalui tatanan ciptaan. Setiap gerak di alam selalu memiliki sebab. Segala sesuatu yang bergerak pasti harus digerakkan oleh sesuatu yang lain. Hal ini juga berlaku untuk hal-hal yang menggerakkan dirinya sendiri, karena “hal yang menggerakkan dirinya sendiri” itu pun memiliki sebabnya. Artinya, ia digerakkan oleh sebabnya itu. Gerak dan menggerakkan itu tidak dapat berjalan tanpa batas sampai tak terhingga. Harus ada penggerak pertama. Penyebab atau penggerak pertama itu adalah Tuhan.

                            II.            Bukti dari tertib sebab-sebab yang berdayaguna
Di dalam dunia yang diamati ini, tidak pernah ada sesuatu yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Karena seandainya hal itu ada, hal yang menghasilkan dirinya sendiri itu tentu harus mendahului dirinya sendiri. Hal ini tidak mungkin. Oleh karena itu, semua sebab yang berdayaguna menghasilkan sesuatu yang lain. Mengingat bahwa sebab yang berdayaguna itu juga tidak dapat ditarik hingga tiada batasnya, kesimpulannya harus ada sebab berdayaguna yang pertama. Sebab berdayaguna yang pertama itu adalah Tuhan.

                         III.            Bukti dari keniscayaan segala sesuatu di dunia ini
Segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat saja tidak ada. Jadi, pada saat ini juga bisa jadi tidak ada sesuatu. Padahal, apa yang tidak ada hanya dapat mulai berada jika diadakan oleh sesuatu yang telah ada. Jika segala sesuatu yang di dunia ini hanya mewujudkan kemungkinan saja, “ada” yang terakhir harus mewujudkan suatu keharusan (keniscayaan). Hal yang mewujudkan sesuatu keniscayaan ini ini “ada-nya” dapat disebabkan oleh sesuatu yang lain atau memang berada sendiri. Seandainya ia disebabkan oleh sesuatu yang lain, sebab-sebab itu tidak dapat ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang tidak disebabkan oleh sesuatu yang lain. Inilah Tuhan.

                         IV.            Bukti dari derajat-derajat dalam perwujudan nilai
Di dunia ini ada hal-hal yang lebih atau kurang baik, lebih atau kurang adil, benar, dst. Untuk menentukan derajat kebaikan, keadilan, dst tersebut kita mengukurnya dengan memakai yang terbaik, yang paling adil, dst sebagai ukurannya. Jadi, adanya yang terbaik diharuskan oleh karena adanya yang kurang baik, yang baik dan yang lebih baik. Oleh karena itu harus ada sesuatu yang menjadi sebab dari segala yang baik, adil, benar, mulia, dst. Yang menyebabkan semua itu adalah Tuhan.

                            V.            Bukti dari finalitas (keterarahan pada akhir dan tujuannya)
Di dunia ini segala sesuatu yang tidak berakal berbuat menuju kepada akhirnya. Ini tampak dari cara hal-hal tak berakal itu berbuat, yaitu selalu dengan cara yang sama untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Jadi memang tidak secara kebetulanlah bahwa semua itu mencapai akhirnya. Mereka memang dibuat begitu. Yang tak berakal itu tidak mungkin bergerak menuju akhirnya jika tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal, berpengetahuan. Inilah Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar